Aku baru aja baca sebuah novel. Dengan embel2 Novel Islami, dari penerbit yang biasa nerbitin Novel Islam, bercerita tentang pernikahan, dan judulnya pun menggiurkan. Awalnya aku baca ringkasan cerita di belakang bukunya. Hmm...kayaknya bagus. Maka aku pinjamlah novel tsb.
selembar---dua lembar---dan berlemar-lembar berikutnya aku baca tuh novel, bukannya mendapat pencerahan hati tentang pernikahan (huaaa....) eh yang kudapat adalah sebuah emosi tingkat tinggi (...???).
Jadi tuh novel bercerita tentang sepasang anak muda, yang pria berusia 20 tahun-masih kuliah, dan yang wanita berusia 18 tahun-sekolah kelas 3 SMA-mau lulus. Si wanita lulus SMA setelah beberapa bulan pernikahan mereka, dan mereka tinggal di rumah ibu sang pria. Si pria belum bekerja secara tetap, dia masih magang sana-sini, sambil kuliah, juga menjadi anggota tim nasyid. Cerita tentang pernikahannya emang awalnya bikin iri, penuh romantisme (walau kalah sama ayat-ayat cinta),dalam balutan sahanya sebuah lembaga pernikahan.
Dan liku pernikahan pun mulai terjadi. Usia muda, dan belum matangnya ego individu mulai mempengaruhi. Si wanita yang telah lulus SMA diminta oleh ayahnya untuk melanjutkan kuliah. Dengan biaya dari ayahnya. Karena sudah bersuami, sebagai wujud bakti pada suami, maka si wanita pun meminta ijin kepada suami tercintanya. Dan inilah jawaban yang paling membuatku JENGKEL SETENGAH HIDUP! Si pria melarang si wanita untuk kuliah lagi, dan apalagi dengan biaya dari ayah si wanita, dengan alasan "...tolong perhatikan harga diriku sebagai laki-laki dan seorang suami..." dan si wanita menangis, bimbang antara menjalankan perintah sang ayah atau sang suami. Penderitaannya semakin menjadi ketika sang suami mendiamkannya, pun ayahnya terpuruk kecewa sampai masuk rumah sakit karena penolakan sang putri semata wayang nya itu untuk melanjutkan sekolah.
STOP, THAT'S ENOUGH!!! Dan buku itu pun kusingkirkan. Malas kubaca endingnya. Mungkin entar2 aja. Huaah... aku marah besar.... Tau sih, buat seorang pria yang namanya HARGA DIRI tuh bak sesuatu di puncak himalaya deh. Top priority. Apalagi dengan kasus kaya pasangan tadi. Tapi masa iya...demi harga diri jadi membatasi mimpi pasangannya?
Naudzubillah Min Dzalik....jangan sampai aku dapet suami kayak gitu. Aku punya mimpi, dari kelas 2 SMP, buat jadi seorang Psikolog. Dan aku gak mau, kalo sampe sebuah pernikahan akhirnya mengubur habis mimpiku itu. Kenapa ga ada solusi sih? Kenapa gak diomongin baik2 masalah harga diri itu? Kenapa sih wanita gak boleh kuliah tinggi-tinggi? Katanya entar susah cari jodohnya, laki-laki takut sama wanita yang title sarajana nya sampai 3 koma (S1,S2, S3).
Padahal tau gak sih, kalo 90% gen kecerdasan anak itu di dapat dari ibu? Makanya carilah wanita yang pintar biar dapat anak yang pintar. Kenapa wanita harus lebih pintar dari pria? Karena wanitalah yang mendidik anak di rumah, karena ibu lah yang mengajarkan anak tentang pengetahuan. Itu sudah peran wanita kan? Dan harusnya wanita boleh mendapat gelar yang tinggi, karena kita nggak tau, apakah suami kita itu bisa sampai tua menghidupi keluarganya. Bagaimana ketika suatu saat suami ku meninggal, usiaku masih 30 tahun, aku tidak bekerja,anakku 3 orang masih kecil-kecil, dan aku tidak punya pendidikan yang layak untuk akhirnya mendapatkan pekarjaan yang layak demi menghidupi anak-anakku. Bisa dibayangkan apa yang bisa aku kerjakan sebagai jalan pintas? Astagfirullah....semoga tidak akan pernah terjadi.
Aku bukan golongan feminis, ato pendukung emansipasi wanita. Tapi aku cuma nggak terima, penginjak-injakkan hak wanita untuk meraih mimpinya. Laki-laki ingin dihargai, maka mulailah menghargai wanita. Kalau aku, mendampingi pria yang kucintai untuk meraih mimpinya; dan didampingi oleh pria yang kucintai untuk meraih mimpiku, adalah salah satu dari sekian banyak impianku..... Jadi buat kaum lelaki, jangan mengatasnamakan harga diri sebagai the ultimate reason--alasan terakhir buat memutuskan sesuatu dalam sebuah hubungan. Bener-bener gak GENTLE....
Tuesday, October 17, 2006
Atas Nama Harga Diri
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Hmm....Tuh BUKU yah,GiTU amat SiHHH.
SetuJu ma M Asri, Kalo cuma BUat COWok Yang GAk Ngerti KyA GiTU,Yg ngerasa Harga diriNYA seLAngIT..HUHhhh.KayaknYA mang bUTUH Terapi TUH.Tapi Hmm..dalam kehidupan nYata kyaknya masih BYK deh..Model2 Suami Kayak GITU!!!
membatasi Peran seorang IStri atas NAma Harga diri....UgGghhhhhhh......
KayakNYa serial 'desperate HouseWiFe' Bisa Jadi gambaran bagus gmana peran istri seharusnya...
Post a Comment