Tuesday, April 04, 2006

Cinta Untuknya (episode 2)

YANG PERTAMA
Aku sedang memeluk lututku, duduk di tepi pantai itu. Pandanganku menerawang ke ujung horison yang berada tepat di depan mataku. Matahari perlahan beranjak pergi. Bulan sudah tak sabar ingin menguasai malam. Hatiku terasa nyeri. Mengenangmu, membuatku lemah tak berdaya. Ini salahku. Bukan salahmu. Aku begitu mencintaimu hingga sanggup melepaskanmu. Padahal aku tahu, aku tak akan bisa berdiri tegak tanpa dirimu di sisiku. Setelah berpuluh tahun, aku tetap mencintaimu. Dan akan selalu begitu sepertinya.
Bulir bening mulai mengalir dari mataku. Sungguh aku tak sanggup. Walaupun kau telah memintaku untuk berhenti mencintaimu, tapi aku tetap tak sanggup melakukannya. Sungguh....
Aku terus mengingatnya, mengenangnya, perjumpaan dengan dirimu. Dirimu yang kuanggap biasa-biasa saja. Ternyata sungguh luar biasa. Sungguh, hari itu akan selalu kuingat. Hari ketika tanpa kusadari, aku begitu ingin berada disampingmu.
Aku masih empat belas tahun kala itu. Hahaha...masih kecil ya? Kata orang-orang aku pintar, kalem, keras kepala. Temanku juga gak banyak. Rata-rata temanku adalah orang-orang yang pada umumnya disebut para kutu buku. Mungkin aku juga termasuk tipe itu, makanya aku bisa bergaul dengan mereka. Hari itu, hari pertama penataran P4 (sekarang namanya masa orientasi) di SMA. Hari itu, aku bangga sekali menjadi murid SMA. Walo masih belum sah, karena masih pake seragam putih-biru. Di kelas yang sudah dibagi, aku pertama kali melihatmu. Bocah tengil yang banyak tingkah, ketawanya juga gede banget. Ih...males banget deh... Kamu tuh tipe yang paling aku hindari. Pasti bandit kelas yang suka bikin anak cewek nangis. Dan kamu memang begitu.
Hari kedua penataran, ada diskusi kelompok. Aku dibanggakan oleh guru, sebagai siswi yang pandai dalam berbicara, yang sudah mengantongi berbagai penghargaan untuk lomba debat, pidato, dan sebagainya. Aku cukup berbangga hati. Sungguh, kalau kau tahu diriku, kamu akan tahu bagaimana bangganya memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan. Kemudian, kelompokmu dan kelompokku pun dipasangkan untuk saling mendebat. Aku yang awalnya yakin bisa mengalahkanmu, kemudian harus menelan kedongkolan yang teramat dalam. Bagaimana mungkin cowok tengil, bandit, dan banyak tingkah seperti kamu punya wawasan seluas itu, kata-kata sedahsyat itu? Siapa dirimu? Aku tergugu dalam kekalahanku. Senyum kemenanganmu waktu itu, yang kau tujukan padaku, terlihat seperti senyum kemenangan yang merendahkanku. Senyum yang kemudian sangat kurindukan. Hanya butuh sedetik, untuk merubah rasa benciku padamu, saat kau kemudian berbisik disebelahku, sambil menepuk lembut pundakku, dan berkata, "Kamu cewek yang hebat.." Punggungmu yang berlalu dihadapanku, senyummu yang tiba-tiba menyejukkan hatiku, sungguh telah membuatku jatuh cinta, untuk pertama kalinya......

Cinta Untuknya (episode 1)

PROLOG

Pertama aku kenal dia, biasa2 aja. Tampang...standar, kelakuan...kurang ajar (loh...?), otak...lumayanlah..., so? Apa yg kucari pada anak baru yg aku kenal di masa penataran P4 (sekarang namanya Orientasi dan sebagainya) jaman es em a dulu itu? Well, kita emang sama-sama anak baru di sekolah itu, sama-sama baru masuk es em a. Lagi puber2nya tuh. Hmm...cuma sedikit kagum sama kemampuannya berbicara yang sama-sama tingkat tinggi sama aku. Gak nyombong, kecil2 gini udah pinter debat loh, taraf nasional! Tapi...di kala penataran p4 itu...he beats me! Aku melongo, kesel, dongkol, gondok setengah mati. Aku udah sering juara lomba debat ato pidato, tapi dikalahkan dia??? Siapa sih dia? Oke, berawal dari rasa penasaran, kurasa itulah awal. Awal dari rasa cinta ini untuknya. Cinta yang tanpa kusadari, semakin membesar dari hari ke hari.....

Thursday, March 23, 2006

Lain kali ajah....

Kesel...
Tadi udah nulis panjaaaaaang bangett..... Tiba2 ngilang. Sempet mati lampu. Mau nulis lagi? Males ah.... Lain kali ajah. Udah sepuluh ribu nih.... Ngenet di balikpapan mahal... Bye.... :((

Menikah (Part 1)

"Wah...udah lulus yah..."
"Udah kerja belum? Atau mau nikah nih...?"
"Ngapain sih...pake ngelanjutin kuliah...anak cewek nggak usah kuliah tinggi-tinggi...nanti susah jodoh..."
"Udah punya calon belum? Kalo sudah ada, buruan aja nikah...nggak usah nunggu lama-lama..."
"Kapan nyusul nih...?"

WHAT...!!!!
Astaga...kalimat2 itu selama seminggu ini berdengung dengan kencang selama seminggu aku ada di rumah. Kalimat2 bernada investigasi itu meluncur manis dr mulut teman2ku (yg sdh mendahului), saudara2 ku, tetangga2 ku, guru ngajiku, dan...bapakku!
Ya ampuuun.....aku seperti wanita berusia 29 tahun yg bulan depan sudah menginjak usia 30 tahun yg keasyikan mengejar karir sampe lupa akan suatu lembaga suci bernama pernikhan saja... Padahal, I'm just 22! Baru DUA PULUH DUA TAHUN!!! Masih delapan tahun menuju kepala 3! Ngapain juga dikejar2 kaya gitu....

Oke, aku nggak bilang aku nggak pengen menikah. Ya jelas pengen lah... Tapi kalo calonnya aja belum ada ngapain ngoyo? Katanya, jodoh datang dengan sendirinya, tapi kalo nggak dicari juga gak dapet2. What? Aku disuruh ngejar2 jodoh? Haiyaah.... Males..... Agresif bgt. Serasa hopeless.

Trus terang, semakin banyak temen2 seperjuangan yg udah melangkah ke jenjang ini, aku semakin mikir. Aku siap kah? Hmm...ngomongin pernikahan itu nasalah yg pelik loh. Nggak cuma keputusan emosional. Aku bertemu dengan pangeran berkuda putih ku, jatuh cinta, dia menyambut cintaku, dia memintaku menjadi istri dan ibu dr anak2nya, kami menikah, dan happily ever after.... Whoii....ini bukan kisah dongeng... Menikah itu butuh pemikiran logis.

Aku masih punya banyak mimpi. Dan aku mencari sesosok pria yg bisa mendampingiku meraih semua mimpi2ku, bukan memadamkannya. Yah...sejalan dengan bertambahnya umur, kriteria jadi berubah nih... Banyak yg musti dipertimbangkan. Too picky? Ya enggak lah. Dulu, jaman es em a, fisik main banget. Yang tinggi, pinter, manis, saleh, baik, humoris, pake kacamata, bla bla bla... Haha...perfect banget kan? But am i that perfect? Ya amplop...aku aja gak sempurna masih belagak nyari pria se sempurna itu? Ngimpiiii..... So? What i'm looking for now? Umm... i'm looking for an imperfect man, but i see him perfectly. Maksud'e? Yaa...itu tadi, yang bisa membimbingku, yang bisa mendampingiku meraih mimpiku, yang membuatku nyaman dan gak takut apapun kl dia ada disampingku, yang disampingnya aku bisa jadi diri sendiri, yang menerimaku apa adanya, yang bisa diajak berdiskusi dan berkomunikasi, dan gak takut berkomitmen, dan yg penting, se-iman. That's it. Kalo ada yg kay gitu, aku nggak perduli sama suku-bangsa-ras (mau lokal apa interlokal), usia (mau muda-asal bukan anak sma, ato tua-tp jgn kakek2), fisik (tinggi-pendek, lengkap onderdil ato cuma separoh2, besar-kecil), atau status (duda-lajang, kaya-miskin). Aku mau menikah dengan seorang pria(jelas, masak wanita...) yang jelas aja. Jelas arah dan tujuan hidupnya. Kepribadiam? Bisa disesuaikan. Kalo udah saling sayang, semua bisa dikompromikan kan?

See, menikah nggak segampang itu. But i believe, kalo emang udah ketemu orangnya, aku nggak akan nunda lama2 kok. Trus terang, buat masalah pernikahan aku agak konservatif. AKu tipe pengabdi. Nah masalahnya...aku sekarang kayanya blum siap mengabdi pd orang lain selain orangtuaku. So....jalan pelan2 aja deh....

Huehehe...sok dewasa nih...ngomongin pernikahan.... Yang jelas aku siap menikah kalo yg ngajak aku nikah siap untuk menyamakan visi dan misi hidupnya denganku. Kalo ada pria seperti itu ngajak aku nikah besok, maap buat yang diem2 naksir aku yaa..... Hahahaha.... Nyombong..... Yang jelas, aku pengen bahagia. Karena aku ngerasa aku layak bahagia.

Nah....ada yg pgn ikut komentar soal pernikahan? Ditunggu yaaa....

Wednesday, March 08, 2006

Back

It's a blast from the past.
It's a tears from a heart.
It's a lie that i've made.
It's a truth that you've gave.

It's your smile that i've always missed.
It's your eyes that i loved the most.
It's on your arms i've finally placed.
It's on your love
I've found my home