Tuesday, October 17, 2006

Atas Nama Harga Diri

Aku baru aja baca sebuah novel. Dengan embel2 Novel Islami, dari penerbit yang biasa nerbitin Novel Islam, bercerita tentang pernikahan, dan judulnya pun menggiurkan. Awalnya aku baca ringkasan cerita di belakang bukunya. Hmm...kayaknya bagus. Maka aku pinjamlah novel tsb.

selembar---dua lembar---dan berlemar-lembar berikutnya aku baca tuh novel, bukannya mendapat pencerahan hati tentang pernikahan (huaaa....) eh yang kudapat adalah sebuah emosi tingkat tinggi (...???).

Jadi tuh novel bercerita tentang sepasang anak muda, yang pria berusia 20 tahun-masih kuliah, dan yang wanita berusia 18 tahun-sekolah kelas 3 SMA-mau lulus. Si wanita lulus SMA setelah beberapa bulan pernikahan mereka, dan mereka tinggal di rumah ibu sang pria. Si pria belum bekerja secara tetap, dia masih magang sana-sini, sambil kuliah, juga menjadi anggota tim nasyid. Cerita tentang pernikahannya emang awalnya bikin iri, penuh romantisme (walau kalah sama ayat-ayat cinta),dalam balutan sahanya sebuah lembaga pernikahan.

Dan liku pernikahan pun mulai terjadi. Usia muda, dan belum matangnya ego individu mulai mempengaruhi. Si wanita yang telah lulus SMA diminta oleh ayahnya untuk melanjutkan kuliah. Dengan biaya dari ayahnya. Karena sudah bersuami, sebagai wujud bakti pada suami, maka si wanita pun meminta ijin kepada suami tercintanya. Dan inilah jawaban yang paling membuatku JENGKEL SETENGAH HIDUP! Si pria melarang si wanita untuk kuliah lagi, dan apalagi dengan biaya dari ayah si wanita, dengan alasan "...tolong perhatikan harga diriku sebagai laki-laki dan seorang suami..." dan si wanita menangis, bimbang antara menjalankan perintah sang ayah atau sang suami. Penderitaannya semakin menjadi ketika sang suami mendiamkannya, pun ayahnya terpuruk kecewa sampai masuk rumah sakit karena penolakan sang putri semata wayang nya itu untuk melanjutkan sekolah.

STOP, THAT'S ENOUGH!!! Dan buku itu pun kusingkirkan. Malas kubaca endingnya. Mungkin entar2 aja. Huaah... aku marah besar.... Tau sih, buat seorang pria yang namanya HARGA DIRI tuh bak sesuatu di puncak himalaya deh. Top priority. Apalagi dengan kasus kaya pasangan tadi. Tapi masa iya...demi harga diri jadi membatasi mimpi pasangannya?

Naudzubillah Min Dzalik....jangan sampai aku dapet suami kayak gitu. Aku punya mimpi, dari kelas 2 SMP, buat jadi seorang Psikolog. Dan aku gak mau, kalo sampe sebuah pernikahan akhirnya mengubur habis mimpiku itu. Kenapa ga ada solusi sih? Kenapa gak diomongin baik2 masalah harga diri itu? Kenapa sih wanita gak boleh kuliah tinggi-tinggi? Katanya entar susah cari jodohnya, laki-laki takut sama wanita yang title sarajana nya sampai 3 koma (S1,S2, S3).

Padahal tau gak sih, kalo 90% gen kecerdasan anak itu di dapat dari ibu? Makanya carilah wanita yang pintar biar dapat anak yang pintar. Kenapa wanita harus lebih pintar dari pria? Karena wanitalah yang mendidik anak di rumah, karena ibu lah yang mengajarkan anak tentang pengetahuan. Itu sudah peran wanita kan? Dan harusnya wanita boleh mendapat gelar yang tinggi, karena kita nggak tau, apakah suami kita itu bisa sampai tua menghidupi keluarganya. Bagaimana ketika suatu saat suami ku meninggal, usiaku masih 30 tahun, aku tidak bekerja,anakku 3 orang masih kecil-kecil, dan aku tidak punya pendidikan yang layak untuk akhirnya mendapatkan pekarjaan yang layak demi menghidupi anak-anakku. Bisa dibayangkan apa yang bisa aku kerjakan sebagai jalan pintas? Astagfirullah....semoga tidak akan pernah terjadi.

Aku bukan golongan feminis, ato pendukung emansipasi wanita. Tapi aku cuma nggak terima, penginjak-injakkan hak wanita untuk meraih mimpinya. Laki-laki ingin dihargai, maka mulailah menghargai wanita. Kalau aku, mendampingi pria yang kucintai untuk meraih mimpinya; dan didampingi oleh pria yang kucintai untuk meraih mimpiku, adalah salah satu dari sekian banyak impianku..... Jadi buat kaum lelaki, jangan mengatasnamakan harga diri sebagai the ultimate reason--alasan terakhir buat memutuskan sesuatu dalam sebuah hubungan. Bener-bener gak GENTLE....

Saturday, October 14, 2006

A Special Thanks To A Man Named Feri Gunawan

Saudara-saudara pengunjung sekalian... Saya beritahukan sebelumnya, postingan ini memang benar-benar saya tulis dengan sadar, hasil teror seorang pria bernama Feri Gunawan.

Jadi, akhirnya blog ku berubah. Aku emang rada2 gaptek soal desain2 kayak begitu. Dan dengan tampang memelas, aku pun memohon-mohon kepada saudara Feri ini untuk mengajari ku. Yah, dengan keren nya (yaa....agak berat sih ngomongnya...tapi beneran waktu itu dia keren banget) ceklak-ceklik sana sini, buka web ini web itu, copy paste sana-sini, edit sana edit sini. En tarrra....jadilah blog ku yg sekarang, dan mengertilah aku bagaimana caranya.....

Salute to Feri, pantes deh jadi pemenang blogfam. Teman2 sekalian, kisah ini nyata dan tidak di rekayasa. Jadi kalau butuh bantuannya, hubungi saja dia di.....web nya aja.

Jadi mas Feri, sekian saja puja-puji dari saya. Segala ketenaran yang akan datang pada anda setelah postingan saya ini terbaca bukan menjadi tanggung jawab saya (Tapi ijinkan saya juga ikut menikmatinya). PUAS?????

Tuesday, September 26, 2006

Cinta Untuknya (eps. 4)

...dan mereka hidup bahagia hingga akhir hayat....

(a dream or a....?)

And they lived hapilly ever after... Kata-kata sederhana itu selalu muncul pada akhir dongeng anak-anak yang sering kubaca. Cinderella, Putri salju, Putri tidur, Beauty and The Beast, sampai Little Mermaid, semuanya berkisah tentang kisah cinta yang selalu berakhir bahagia, berakhir dengan pernikahan. Dulu, jika tokoh dalam cerita kesukaan saya menikah, rasanya saya ikut bahagia. Tapi kini, saya mulai bertanya-tanya. Hanya sampai situ saja kah kebahagiaan? Apakah dengan pernikahan kebahagiaan pasti muncul? Adakah jaminannya? Karena sampai sekarang, dongeng-dongeng itu tidak ada lanjutannya. Tidak ada cerita tentang pasangan-pasangan itu setelah mereka menikah. Ya, hanya dengan kalimat penegasan “dan mereka hidup bahagia selamanya” maka berakhirlah kisah itu.

What do you think???

Tuesday, June 13, 2006

Cinta Untuknya (episode 3)

In A Rush
Aku selalu bertanya: Adakah alasan untuk mencintai seseorang? Kenapa temen2ku yang udah punya pacar, kalo ditanya gitu jawabnya: ya ada lah...
Misalnya ni... aku nanya sama temenku (wuih, love track nya bujubusyet...)
"Eh na(bukan nama sebenarnya-red) kok bisa sih jatuh cinta en jadian ma si pul (juga bukan nama sebenarnya-red)?"
Dan na pun menjawab dengan centilnya, "Yaa...dia baik sih...trus pengertian, suka ngenterin kemana-mana (dia supir ya?), tinggi (tiang listrik juga tinggi, kok gak jatuh cinta sama tiang na?), pinter (si mamat kutu buku pinter juga, kok ga naksir?), bawa mobil lagi! (yah...semakin meyakinkan deh, pacarmu supir taksi ya?)"
Ah jawaban yang tidak memuaskan.
Aku berpaling pada Bunga (bukan nama sebenarnya juga-red).
"Bun, udah lama jadian sama Beben (pokoknya...semua nama yg tersebut disini bukan nama sebenarnya dah!-red)?"
Yang ditanya senyam-senyum dikulum malu-malu menunduk sambil memainkan rambut panjanganya. Aih lamaaa..... Lewaat!!
Ganti sasaran. Jul, calon playboy kalo gede nih!
"Jul, napa naksir Ditha?"
Jawabnya, "Wuits...cantik en badannya bagus, kaya gitar spanyol..."
"Dah? Itu aja?"
"Emang ada lagi yang lebih dari ditha selain cantik?"
Ffiuh...kasian amat ditha, kenapa gak pacarin aja gitar listrik Jul, kan asyik, bisa nyetrum! Hehehe....
Aih...jawaban2nya ga muasin semua! Masa penyebab jatuh cinta sama orang lain, lawan jenis, gitu aja sih? Gak ada yg lebih gimanaaa...gitu? Aku kan masih baru dalam urusan beginian. Kok ga ada yang bisa bantuin sih...?
Nih, sebagian jawaban2 yg menurutku gak mutu banget buat njelasin kenapa kita bisa jatuh cinta...
- Dia selalu ada waktu kubutuhin (polisi apa tentara ya?)
- Matanya bagus sih...(besok kalo dia keculek pensil matanya, terus buta, ga cinta lagi?)
- Dia temen curhat yang baik (oke...boleh deh...tapi apa bedanya sama temen ato sobat? mereka bukannya lebih asyik jadi temen curhat?)
- Dia ngemong banget, perhatiannya itu loh... (ibumu ato pacarmu ya?)
- Dia keren banget gayanya (........astaga....)
- Mobilnya tuh loo.... (matreee....)
- Dia Romantis abis.... (kasian deh cowok2 ga romantis....)
- Bodinya tuh loo.... (huek....)
- Kepribadiannya tuh lo. Unik (yah....boleh lah...)
Berdasarkan survey ga jelas tadi, sebenarnya dapat disimpulkan kalo tu semua adalah kriteria. Syarat mutlak buat jadi PACAR! Bukan alasan kita buat JATUH CINTA! Jadi apa dong? Kenapa aku nggak dapat jawabannya? Padahal perasaanku yang ada di balik dadaku ini terus2an bertambah padanya, sampe tumpah luber2....gak terbendung lagi. Tapi semuanya terjadi gitu aja. Tiba2. In A Rush. Tapi tetep aku nggak tau apa nama perasaan gak karuan ini. Ngalah2in PMS deh... Bisa nggak dibilang cinta? Tapi kok aku nggak nemu alasan aku mencintainya ya? Beneran...i found no one... I've only just...deeply in love with you....

Monday, June 05, 2006

Can't let it go

I can't believe this moment's come It's so incredible that we're alone There's so much to be said and done It's impossible not to be overcome Will you forgive me if I feel this way Cuz we've just met - tell me that's OK So take this feeling'n make it grow Never let it - never let it go Dont let go of the things you believe in You give me something that I can believe in Dont' let go of this moment in time Go of this moment in time Don't let go of things that you're feeling I can't explain the things that I'm feeling Dont' let go No, I won't let go Now would you mind if I bared my soul If I came right out and said your'e beautiful Cuz there's something here I can't explain I feel I'm diving into driving rain You get my senses running wild I can't resist your sweet, sweet smile So take this feeling'n make it grow Never let it - never let it go I've been waiting all my life To make this moment feel so right The feel of you just fills the night
( a song by Bryan Adams feat Sarah McLachlan: Don't let Go)

I just can't help to let what i'm feeling right know goes away....