Tuesday, July 17, 2007

Harry Potter and The Order of Phoenix (Movie, 2007)




Akhirnya nonton juga nih film setelah dua jam ngantri di 21 Plaza Ambarrukmo Yogyakarta. Senin, 16 Juli 2007 pukul 16.40 akhirnya nonton seri ke 5 Harry Potter ini di teater 4 seat C4.

Banyak suara2 miring saat premier film ini. Bahwa film ini kurang menggigit, kurang keren dibanding sebelumnya, banyak adegan penting yang dihilangkan, de el el.

Sebenarnya aku juga bukan HP Freak banget. Tapi aku begitu menikmati film itu. Entahlah. Mungkin aku menontonnya dari sudut pandang yang berbeda. Buatku, kesepian dan kegalauan Harry tersampaikan dengan jelas oleh Daniel Radcliffe dalam beberapa adegan, terutama saat Sirius memanggil Harry dengan nama James di pertempuran di departemen sihir. Kegalauan Harry sebagai remaja benar2 terlihat dengan jelas disini. Bagaimana ketakutannya jika suatu saat nanti ia menjadi jahat. Bagaimana akhirnya Harry mempunyai seseorang yang tidak pernah ia rasakan memilikinya (Sirius sebagai ayah angkatnya) dan kemudian kehilangannya.

Beberapa adegan kecil yang susah untuk divisualisasikan kalau hanya membaca bukunya saja, juga akhirnya dapat terbayangkan. Gimana Tonks yang suka merubah2 wajahnya, gimana sedikit kecemburuan Ginny pada Cho terlihat ketika latihan terakhir sebelum libur natal (yang akhirnya Cho dan Harry berciuman), dan gimana menara lengkung tempat Sirius terjatuh itu.


David Yates (Sutradara) memang lebih menyorot sisi drama nya, tapi bukankah adegan pertempuran di departemen misteri itu begitu mengagumkan? Dan tidakkah pemandangan kota London di malam hari ketika Harry dijemput Moody dkk atau ketika Harry dan 5 orang temannya menuju kementrian sihir, begitu membuat kalian sangat ingin menuju London? Adegan flying nya ampun deh...keren abiss!

Entahlah, tapi bagiku film ini terlihat dewasa. Mungkin tidak puas melihat hanya begitu saja yang bisa disampaikan dalam film ini. But oh, come on.....bisa dibayangin nggak seberapa besar perjuangan David Yates serta Michael Goldenberg (Penulis Skenario) menerjemehkan seribu halaman lebih buku 5 ini demi menyajikannya sebagai bentuk visual dalam film sepanjang 2,5 jam ini? Dan kerja keras para kru dan pemain film selama syuting hampir setahun itu juga layak dihargai. MUngkin harus dibuat serial saja, jika ingin menontonnya sama plek dengan di buku.

Sudahlah...yang penting sudah berusaha. Over all...bagiku film ini menarik untuk ditonton. Mungkin karena perjuanganku untuk menontonnya. Atau mungkin karena aku menontonnya dengan mata dan hati.

3 comments:

Amie said...

Haloww..

Seru ya harpot naa? Diriku lum ntn niy, di Balikpapan kan ga da bioskop trus balik ke yk masih lamaa..Gimana ya? *kok jadi curhat*..

Nice blog eniwei ;)

ash said...

lho.. dah balik jogja to mb? kapan ni bisa ktemuan?? kangen...
btw, ku paling suka adegan dibawah missletoenya harry-cho, hehe.

asree said...

#amie : hm...nonton di samarinda aja kalo gitu, hehehe...

#futsu : contact me honey, no mu tuh berubah ya? berjuta2 kali ku hub kok g bisa mulu.....