Tuesday, March 13, 2007

Menikah (Part 2)

You don’t marry someone that you can live with,
But you marry the person who you cannot live without
(Anonymous)



Apa alasan anda ketika memutuskan untuk menikah? Ketika pertanyaan itu saya lontarkan kepada beberapa teman saya, yang sudah menikah tentunya, jawabannya hanya ada dua: “Ya, memang sudah jodohnya, kali” dan “Ya karena cinta.”

Jodoh. Jodoh ada di tangan Tuhan, katanya. Tetapi kalau diam saja, jodoh juga tidak bisa datang dengan sendirinya, begitu ujar beberapa teman saya. Rumit memang kalau bicara soal jodoh. Ada yang berhubungan (pacaran) bertahun-tahun, tetapi tidak jadi menikah. Tetapi ada yang baru bertemu dalam hitungan minggu, begitu diajak menikah langsung oke.

Tetapi alasan mendasar dari hal itu bisa jadi adalah cinta. Walaupun ada pula pasangan yang hubungan rumah tangga nya berjalan aman-aman saja tetapi menikah karena dijodohkan.

Dalam bukunya yang berjudul Kiat Keluarga Bahagia, Robin Skynner dan John Cleese mengatakan bahwa untuk memutuskan menikah dengan orang yang kita cintai, kita harus merasa begitu bebas, tanpa tekanan, atau pula paksaan. Karena semua itu akan mempengaruhi kebahagiaan kita seumur hidup. Tidak ada satu orang pun yang memutuskan akan menikah tapi juga berpikir untuk suatu saat kelak akan bercerai. Kita semua menginginkan suatu kebahagiaan yang langgeng sampai ke anak cucu.

Ada kalanya kita merasa tidak yakin, benarkah orang yang kita cintai ini adalah jodoh kita? Benarkah dengannya kita menghabiskan hari tua? Dari situs internet http://cintakasih.itgo.com (dulu saya browse tahun 2004, dan sekarang sepertinya sudah tutup) saya mendapat sebuah info, untuk mengetahui (setidaknya) apakah kita berjodoh dengannya.

Kamu (bisa jadi) berjodoh dengannya, jika:
• Di hari ulang tahunmu, ia memberikan sebuah kado yang sebelumnya tidak pernah terpikir olehmu. Namun saat menerimanya, kamu segera tahu betapa kamu tidak bisa hidup tanpa benda itu.
• Kamu melihatnya tidur di sofa dan suka mengupil tapi kamu masih tetap mencintainya.
• Ia selalu memuji betapa cantik/tampannya kamu di saat kamu sedang kecapekan atau kesal.
• Ia segera meletakkan apa yang sedang dibacanya dan berujar “ya, ada apa?” saat kamu mengajaknya bicara.
• Tidur kamu lebih nyenyak jika tahu dirinya sedang baik-baik saja.
• Kamu merasa ada sesuatu yang hilang jika tidak bertemu dengannya seminggu.
• Ia ikut girang dan bangga ketika kamu mencapai sukes.
• Ia selalu menawarkan pada kamu makanan atau minuman yang sedang dinikmatinya.
• Topik cekcok kamu dengannya adalah permasalahan yang terjadi hari ini, bukan di minggu lalu atau sebelum ia bertemu denganmu.
• Kamu dan dia merencanakan membuka rekening bank bersama.
• Kamu menginginkan dia berada di sisi kamu di hari tua nanti.

So, would you think about him now, that is he the one?
See Menikah (Part 1)

No comments: