Tuesday, October 14, 2008

Menunggu Pangeran Berkuda Putih (Part. 2)

Sambungan dari Part 1.


Nadia seperti terlempar ketika melihat nama itu. Terlempar ke masa 10 tahun yang lalu. Pusaran waktu tiba-tiba berada di depannya. Dan Nadia pun melihat potongan-potongan kenangan tentang dirinya dan seorang pria bernama Radit....

****

Radit bukan pangeran-berkuda-putih yang selama ini ia impikan. Bukan pula pria yang sesuai dengan kriterianya (walaupun Nadia sendiri bingung seperti apa kriteria pria impiannya). Tapi dengan pria itu ia merasakan hati yang berdebar, senyum yang tersungging tanpa sadar, khayalan-khayalan remaja yang romantis, dan indahnya masa SMA. Dan pria itu pula yang mebuatnya porak poranda, menghancurkan impiannya, meretakkan hatinya, membuatnya meneteskan air mata tanpa henti, dan membuatnya tak tahu bagaimana lagi mencintai pria lain selain Radit.

Padahal itu salah Nadia sendiri. Salahnya sendiri, yang membuat pria-yang-mungkin-adalah-pangeran-impiannya pergi berlalu.

Radit kakak kelasnya. Dua tahun diatasnya. Nadia mengenal Radit saat ia pertama masuk SMA. Radit adalah Wakil Ketua OSIS. Jelas bukan tipikal Ketua OSIS yang harus keren/ganteng, cerdas, dan pintar ngomong. Radit sangat biasa saja-kecuali dia sama pintarnya dengan sang Ketua.

Namun, gadis remaja SMA mana, yang akhirnya tidak jatuh cinta pada pria yang selalu ditemuinya di angkot, selalu menyapanya dengan ramah, bahkan membiarkan Nadia berjalan di sisi dalam jalan agar tak membahayakan dirinya. Hal-hal kecil yang perlahan-lahan membuat bunga di hati Nadia mekar perlahan.

Kisah Radit dan Nadia tak pernah berlanjut ke jenjang "Jadian". Radit yang sudah kelas 3 SMA mulai sibuk mempersiapkan EBTANAS. Nadia yang baru kelas 1 sering merasa bimbang dengan hubungan mereka. Saat akhirnya Radit memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tingginya di luar negeri. Nadia tak terima. Mana mungkin pacaran jarak jauh. Bagaimana bisa jalan-jalan bareng. Nonton bareng. Makan bareng. Semua yang serba bareng yang biasa teman-temannya lakukan dengan seorang PACAR.

Dan Nadia pun memutuskan dengan egonya sendiri... "Menjauhlah dari hidupku...pikirkan saja hidupmu sendiri...."

Yang disesalinya bertahun-tahun kemudian...


****

Nadia masih bimbang. Apa yang ditulis Radit? Bagaimana dia tahu alamat e-mailku?
Nadia pun masih mencoba mengingat-ingat kapan mereka terakhir bertemu? Bagaimana wajahnya sekarang? Dimana dia? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang menghujuam.

Hingga akhirnya kursor mouse itu pun menunjuk nama si pengirim. Klik dua kali.

"Hey..."
from : r.raditya@hotmail.com
sent : Saturday, October 11, 2008 7:43 PM
to : nadnadonly@hotmail.com

Hey Nadia. Apa kabar?
Finally...
Iseng google nama kamu, eh dapet alamat email mu...
Hope you're doing good...
Miss you so much.....
Do You?





Agh.........................................



BERSAMBUNG

2 comments:

Ruud said...

udeh gw baca...ajiiiib!
hampir mirip dg 'sketsa' yg gw bikin, radit bukan ketua OSIS ato ketua kelompok basket yg populer....(coz cerita ky gt kan udah byk yao...)
eh...ayo-ayo yg laen segera dilanjutkeun..ayo ayo yg dulu nagih2...hehe

chity_maniezz said...

hehehehe...ntar ak coba lanjutin dehhh...
sori mood nulis...belum muncul nh....lagi cari inspirasi sejenak