Wednesday, October 10, 2007

Surat Cinta Buat Bapak Polisi Negara Republik Indonesia

Bapak-bapak POLRI yang terhormat,

Maaf jika surat saya ini mengganggu pekerjaan bapak-bapak yang sudah banyak, menjadi aparatur negara sekaligus pelayan masyarakat. Tetapi ada banyak hal yang ingin saya sampaikan kepada bapak-bapak, sebagai curahan hati saya.

Pak Polisi, sebuah profesi yang menurut saya waktu kecil dul, sangat keren, gagah, dan baik hati. Tetapi sekarang....menurut saya, satpam malah jauh lebih keren dan baik hati.... Mengapa? Karena satpam ataupun security yang pernah saya temui, semuanya sopan dan sangat baik hati. Dan mengapa Pak Polisi kok tidak...?

Uneg-uneg ini jadi muncul, sejak kejadian naas yang menimpa saya pak, beberapa waktu yang lalu, yang membuat saya harus berhubungan dengan para polisi aparat penegak hukum dan pelayan masyarakat itu...

Dimulai dari pelaporan saya, mengenai kehilangan HP, Uang, SIM, STNK, dan ATM saya dalam sebuah dompet itu. Saya melaporkan kehilangan itu di Kantor Polisi Sektor terdekat. Seorang oknum aparat, dengan teganya meminta "penggantian biaya administrasi" kepada saya, yang, KEHILANGAN DOMPET! Ketidakpercayaan saya saat mendengar permintaan beliau itu, yang saya lanjutkan dengan klarifikasi pernyataan saya, "Maaf pak...saya kan kehilangan dompet, jadi tidak punya uang..." dibalas dengan menyakitkan hati. Ucapan yang kasar, dan mimik muka yang mengecewakan saya......

Tapi sudahlah.....hal itu membuat saya sedikit lebih bersabar. Dan mencoba memahami profesinya. Capek, banyak kasus, dan (mungkin) gaji yang kurang mencukupinya. Untunglah, semuanya pun cepat selesai. ATM dan Nomor HP saya bisa langsung diblokir dan mendapat ganti yang baru.

Kemudian, karena SIM dan STNK saya beralamat di Balikpapan, KALTIM, maka saya harus mengurusnya di POLRES dan SAMSAT di Balikpapan. Setelah melengkapi surat-surat yang diminta, maka sepulangnya saya ke Balikpapan dari Jogjakarta, saya langsung mengurus dua barang penting tersebut.

Untuk pengurusan STNK, Alhamdulillah tidak dipersulit. Hanya saya memang harus membayar lebih karena tidak bisa menyajikan bukti fisik kendaraan bermotor, yang memang ada di Jogja. Salut untuk polisi-polisi di SAMSAT.

Kekecewaan saya justru muncul di POLRES. Tempat mengurus SIM. Di bagian informasi sampai ke Loket 3-4, semuanya berjalan lancar pak. Tapi begitu masuk Loket 5, dimana saya harus mencari berkas lama SIM saya, kekecewaan mulai muncul. Dimulai dari pengesahan identitas di Unit REG IND, saya dan 2 orang lainnya diminta menunggu sebentar oleh Bapak IPTU, dan ketika tak lama seorang polisi masuk ke ruangan bapak tersebut dan membalikkan Laptop yang sedang dihadapi Bapak itu, maka terlihatlah apa yang membuat kami harus menunggu....Bapak IPTU sedang membuka FS......

Selesai mendaftar....masih harus menunggu foto SIM. Sangat lama. Dengan dalih kemarin mati lampu dan semua pemohon SIM hari sebelumnya juga ikut foto hari itu juga, saya merasa diperlakukan kurang profesional (tepuk tangan dulu buat PLN Balikpapan....). Karena setelah foto, saya ternyata belum bisa mengambil SIM saya keesokan harinya dengan alasan: Belum Foto dan Bukti Sidik Jari! Saya mencoba meyakinkan, saya sudah foto dan scan sidik jari (di Loket 5A - 6). Dan dengan penjelasan yang merendahkan saya, saya dinyatakan belum stempel sidik jari dan foto di luar. Oke, saya mengerti. Kemudian saya menunjukkan bahwa di berkas lama saya sudah pernah identifikasi sidik jari dan foto. Oke, foto bisa berubah, tapi sidik jari? Oke, kalaupun memang bisa, perlukah dengan ucapan yang kasar? Setengah berteriak menjelaskan seolah saya sangat bodoh dan harus dijelaskan berkali-kali? Baik, nggak mau banyak ribut pak, saya akhirnya foto dan identifikasi sidik jari lagi.... Dan sekembalinya saya ke Loket 5A-6, saya kembali merasa tidak dihormati. Apa yang anda rasakan ketika mendengar kalimat ini : "Wah, itu bukan urusan saya mbak, saya nggak tahu (untuk mengambil SIM saya)...bapaknya lagi nggak ada. Mbak janjian sekarang kah? Jam segini? Bapaknya tu lagi sholat! Tunggu aja di luar sana!" What???? So NOT PROFESSIONAL....! Apa staff kepolisisan tidak pernah diajarkan cara melayani masyarakat. Tidak bisakah staf itu berkata seperti ini, dengan nada yang lembut : "Maaf mbak, tunggu di luar dulu ya...bapak X ny masih Sholat.... Nanti kalo sudh datang mbak saya panggil....." Nnah...kan enak dengernya ya pak?

Waktu itu saya sangat ingin marah....tapi karena bulan puasa...tidak jadi....

Jadi buat bapak KAPOLRES ato KAPOLRI, tolong ya, anak buah sama staf nya diberi pengarahan lagi....Katanya pelayan Masyarakat.... Apa karena Pelayan, kalo kita minta apa-apa, harus bayar dulu, biar servis memuaskan? Enggak gitu kan pak?

Terima Kasih karena mau membaca surat ini sebentar.





Balikpapan, 10 Oktober 2007





Asri Prahesti, S.Psi

1 comment:

Unknown said...

itu baru jogja mbak asree, teman saya yang juga ketua KKN kelompok saya di Wates bahkan lebih agak2 tak masuk akal lagi. Dia cuma injek itu garis zebra cross dikit, eh malah disuruh ke pos dan bayar 20 ribu. Mantabbbbbbbbbbbbb...emang polisi kita ini kadang suka kurang kerjaan, dan suka sok sangar, padahal (minjem istilah TUkul) koetoe koepretttttttt.....